Setiap
nabi yang diutus oleh Allah di muka bumi ini dibekali dengan mu’jizat.
Mu’jizat adalah sesuatu di luar kebiasaan yang diiringi dengan pengakuan
sebagai nabi dan ditujukan untuk membenarkan atas pengakuan kenabian
tersebut. Nabi Ibrahim a.s. dibekali dengan mu’jizat kebal dari api
ketika beliau dihukum dengan api karena menghancurkan berhala kaum
musyrik. Nabi Musa a.s. dibekali mu’jizat berupa tongkat sakti yang bisa
berubah menjadi ular raksasa dan bisa membelah lautan. Nabi Isa a.s.
dibekali dengan kemampuan berbicara saat masih bayi. Mu’jizat para nabi
terdalulu bersifat terbatas untuk satu tujuan tertentu yaitu pembuktian
kenabian pada saat adanya penolakan dari umatnya.
Berbeda
dengan para nabi sebelumnya, Nabi Muhammad s.a.w. dibekali dengan
mu’jizat yang abadi yaitu al-Quran. Sebagai kitab suci, al-Quran telah
menjadi bukti kenabian Muhammad s.a.w. sepanjang masa. Semakin dikaji
dan digali kandungannya, maka semakin membuktikan kebenaran risalah
Muhammad dan ajarannya. Sebagai mu’jizat maka keberadaan al-Qur’an
menjadi penjamin eksistensinya agama Islam di muka bumi ini.
Para
ulama dan pakar ilmu Al-Quran menegaskan bahwa letak kemu’jizatan
al-Quran adalah pada redaksi dan kandungannya. Redaksi dan untaian
ayat-ayat al-Quran mengandung sastra yang sangat tinggi sehingga tidak
ada yang bisa menandinginya. Bahkan ketinggian sastra al-Qur’an tidak
diakui pada masa-masa awal Islam, akan tetapi juga sepanjang sejarah
sastra itu sendiri. Sedangkan kandungan al-Qur’an membuktikan bahwa
kitab tersebut bukanlah hasil karya manusia. Ia menceritakan sistem
kehidupan yang sempurna, mengabarkan hal-hal gaib, cerita masa lampau
dan gambaran masa depan yang selalu dapat dibuktikan dari waktu ke
waktu. Ia juga bersih dan kejanggalan dan kontradiksi. Ia mengajarkan
nilai dan kehidupan yang komprehensif yang mengangkat derajat manusia
dan kemanusiaan di tingkat yang sangat tinggi.
Para
ulama dan pakar terus menggali bukti-bukti kemu’jizatan al-Quran dari
waktu ke waktu hingga saat ini. Ada kemu’jizatan yang sifatnya sastra,
ilmu alam dan teknologi serta aspek-aspek ilmu pengetahuan lain yang
maha luas. Dan salah satu mu’jizat yang kini juga dimunculkan adalah
mu’jizat angka dalam al-Quran. Tidak pernah dikira sebelumnya bahwa
ternyata dalam al-Quran penyebutan kata Syahr yang artinya bulan adalah
sebanyak 12 kali. Begitu juga penyebutan kata Yaum yang artinya hari
adalah 365 hari. Penyebutan kata dunya yang artinya dunia dalam al-Quran
sebanyak 115 kali, ternyata itu sama jumlahnya dengan penyebutan kata
akhirat. Subhaanallah. Itu salah satu contoh mu’jizat yang ditemukan
akhir-akhir ini. Kita meyakini bahwa mu’jizat yang tersimpan dalam
al-Quran akan terus ditemukan di masa-masa mendatang.
Sebagai
mu’jizat yang abadi, Allah s.w.t. telah berjanji untuk melindungi
al-Quran secara langsung dan melalui hamba-hambaNya yang beriman. Dalam
surah al-Hijr:15 “Sesunggunya Aku telah menurunkan al-Aqur’an dan Akulah
Yang Menjaganya”. Ibnu Katsir menegaskan bahwa Allah s.w.t. telah
berjanji untuk menjaga sendiri al-Quran dari segala bentuk perubahan dan
penggantian isinya. Allah juga menjaga al-Qur’an melaui hambaNya,
dengan menempatkan mereka yang rajin menghafalkan al-Quran dan
membacanya sebagai orang yang sangat mulia di hadapanNya. Rasulullah
s.a.w. mengabarkan bahwa Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia,
para sahabat pun bertanya “Siapa mereka itu?”, Rasulullah s.a.w
menjawab “Ahli (orang yang menggeluti) al-Quran adalah keluarga Allah”
[Hakim:2046]. Sangat mulia orang yang membiasakan diri membaca al-Quran
sehingga dikatakan dalam satu hadist “Tidak ada yang layak untuk
mendapatkan kedengkian, kecuali dua kelompok manusia, yaitu orang yang
dikaruniai al-Quran lalu ia membacanya siang dan malam dan orang yang
dikaruniai harta lalu ia bersedekah siang dan malam” (Muslim).
Marilah
kita ikut menjadi pembela dan pengawal mu’jizat abad tersebut dengan
rajin membacanya, menghafalnya, mempelajari makna dan artinya serta
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam satu hadist
ditegaskan: “Puasa dan al-Quran memberi syafaat kepada hamba di hari
Kiamat nanti, puasa berkata “Ya Allah aku telah menghalanginya dari
makanan dan syahwat maka berilah ia syafaat karenaku”, al-Qur’an berkata
“Ya Allah aku telah menghalanginya dari tidur malam, maka berilah ia
syafaat karenaku” [Hakim:2036].
0 comments:
Posting Komentar